(Selasa Pahing, 26/5/2020) – Yoh 17:1-11a
Nama! Salah satu artinya adalah kebaikan atau keunggulan. Ia mendapat nama, berarti pribadi atau karyanya baik atau unggul.
Raden Adjeng Kartini mengatakan, “Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama.”
“Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi,” kata William Shakespeare, pujangga Inggris (1564-1616). Tentu nama itu tetap penting, tapi kebaikan orang yang punya nama itu yang harus lebih diutamakan.
Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. (Yoh 17:6)
Yesus telah menyatakan nama Allah kepada manusia. Apa dampaknya atau maknanya dengan menyatakan nama Bapa itu? Kepada Musa, Allah juga memperkenalkan nama-Nya, “Aku adalah Aku”. Pernyataan nama itu tiada lain mau menegaskan bahwa Ia yang kekal sungguh ada, dekat, hadir dalam kehidupan manusia. Allah kita bukan Allah yang jauh, bukan Allah yang suka menghukum, tapi Allah yang dekat, selalu hadir dan berbelas kasih.
Nama itu merupakan jaminan keamanan, ketenteraman, dan kebahagiaan semua pengikut-Nya. Pernyataan nama itu menegaskan bahwa manusia tidak akan dipisahkan dari Allah. Pernyataan nama itu telah nyata dialami manusia dalam diri Yesus. Yesus adalah jaminannya.
Kita bersyukur bahwa Allah telah menjamin keselamatan kita. Allah tidak menghendaki kita terlepas dari diri-Nya.
Semoga kita juga bersedia menjadi jaminan mutu bagi siapa pun. Menghayati hidup sebagai penjaminan mutu bagi diri, sesama dan alam semesta merupakan imunitas sangat bermutu dalam mengikuti Yesus. (Abakaeb, Paulus Supriya, Pr. – Pugeran Yogyakarta).