(Senin Legi, 25/5/2020) – Yoh 16:29 – 33
Kuat! Artinya tahan, teguh, tidak mudah patah.
Hari itu, hari kenaikan kelas. Rapor diterimakan kepada orang tua. Anak-anak tiggal di rumah. Habis bertemu pimpinan sekolah dan menerima rapor, seorang ibu, langsung pulang, masuk kamar, melempar rapor di atas tempat tidur, membanting dirinya, dan menangis sejadi-jadinya.
Anaknya yang sudah lama menunggu ibunya kembali, hanya melongo menyaksikan kejadian itu. Dengan penuh ketakutan, ia menyusul ibunya, duduk di pinggir tempat tidur memandang kosong ibunya, sambil sekilas melihat buku rapornya yang terbuka. Ia melihat banyak nilai rapornya merah, tidak tuntas.
Selang tak lama kemudian, ibu itu bangun, duduk di pinggir kasur, membetulkan rambutnya, masih berkaca-kaca menatap anaknya. Ia tidak percaya bahwa anaknya sebodoh itu, tapi rasa keibuannya menghentakkan jiwanya. Ia memeluk anaknya, menciumi pipi dan kepalanya, ”Dik, mulai tahun ajaran baru, adik sudah tidak bisa sekolah lagi. Tapi jangan berkecil hati. Apapun keadaanmu, Ibu akan menjadi gurumu. Adik sekolah di rumah dengan ibu.”
Mulai saat itu, anak tersebut belajar di rumah bersama ibunya sebagai guru. Pada usia 12 tahun, ia membantu orang tuanya mencari nafkah dengan berjualan koran di stasiun kereta api.
Waktu pun terus berlalu, pada saat wafatnya, anak yang dianggap bodoh itu mendapat penghormatan seluruh penduduk Amerika. Pada tanggal 18 Oktober 1931, Pukul 21.55, serentak penduduk Amerika memadamkan lampu listrik untuk menghormatinya. Anak yang diaggap bodoh itu tiada lain adalah Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33)
Di dunia pengikut-pengikut-Nya menderita penganiyaan dan tercerai berai, namun Yesus menguatkan mereka. Yesus menjamin bahwa pengikut-Nya akan tetap mengalami damai sejahtera karena Ia telah mengalahkan dunia. Tuhan menjadi jaminan keselamatan di tengah hingar bingar, suka dan duka dunia.
Hidup harus terus berlanjut. Apapun keadaan dunia, semoga kita tetap kuat. Kuatkanlah hatimu. Tuhan andalan kita.
Tetap berbuat baik meski disakiti, berani memaafkan yang melukai, tetap percaya pada diri meski orang lain membuat diri kita ragu, bisa mengalahkan sisi jahat dalam diri sendiri, tetap mencari dalam kegelapan, merupakan imunitas yang kuat untuk menjalani hidup. Tuhan memberkati.
(Abakaeb, Paulus Supriya, Pr. – Pugeran Yogyakarta)