(Selasa Pon, 19/5/2020) – Kis 16: 22-34
Cancut taliwondo! Artinya adalah segera bergerak. Keterlibatan umat Katolik dalam mengembangkan Gereja luar biasa, tidak di awang-awang, tetapi membumi, sekarang dan di sini, signifikan dan relevan.
“Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.” (Kis 33-34)
Kepala penjara dan seisi rumahnya percaya kepada Kristus dan dibaptis. Peristiwa iman itu membuat mereka gembira dan menggerakkannya untuk bertindak, membasuh bilur, membawa ke rumah dan menghidangkan makanan.
Gereja Katolik dianugerahi kekayaan yang hebat dalam rupa pribadi, keluarga, paguyuban, asosiasi (imam, biarawan maupun awam) di berbagai tingkat global, lokal maupun lingkup yang lebih kecil. Dengan berbagai macam cara, secara pribadi atau komunal, para anggotanya bekerjasama dalam mengemban perutusan dan kesaksian kabar gembira.
Sungguh luar biasa, mereka tekun berdoa pribadi maupun menjadi anggota jaringan kelompok doa, menjadi pelayan liturgi dan peribadatan. Mereka menjadi pengurus dewan pastoral, lingkungan, maupun kelompok kategorial.
Mereka ikut mencerdaskan umat lewat berbagai macam pewartaan dan gladi rohani di luar maupun dalam jaringan (online). Mereka membangun persaudaraan yang solid dan memberdayakan, termasuk keraja sama lintas iman, golongan, suku dan ras. Banyak warga gereja terlibat di bidang sosial, politik, budaya, antara lain FMKI, WKRI.
Mereka juga cancut taliwondo membantu mereka yang kecil. Saat pendemi ini pun wujudnya menemukan berbagai macam bentuk, dari membagi pangan, ‘warung’ gratis ambil secukupnya sedangkan yang lebih sudilah kiranya menambah, gerakan Jolali, sampai menjaga ketahanan pangan.
Rasanya Gereja tidak seperti garam kurang asinnya. Pengikut Tuhan seakan tidak merasa lelah bekerja di ladang Tuhan kerena Roh Kudus selalu mendampingi dan menguatkan. Puji dan syukur pada-Mu ya Tuhan atas anugerah panggilan keterlibatan kami semua.
(Abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Paroki Pugeran Yogyakarta)