(Rabu Legi, 20/5/2020) – Kis 17:15, 22 – 28:1
Mengejek! Mengejek berarti mengolok-olok dengan tujuan menghina. Temannya antara lain yaitu mencela, menghinakan, mencacat, bully.
Dahulu seorang siswa SD difabel. Kakinya pincang. Teman-temannya sering menjadikan tempat kelakar. Siswa yang berkebutuhan khusus itu menantang berkelahi teman yang mengejeknya.
Bagi yang diejek, ejekan bisa melukai, membuat marah, putus asa atau membuatnya merasa dirinya tidak berharga. Kritik mengandung unsur membangun, ejekan mengandung unsur hinaan.
Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” (Kis 17:32).
Dari antara orang-orang yang hadir di Areopagus ada yang mengejek Paulus. Mungkin mereka iri hati. Orang sering berceloteh, “Orang sirik menandakan bahwa dirinya sendiri tidak mampu.” Atau ia ingin memperlihatkan bahwa dirinya lebih hebat, tetapi bagaimana pun ia lebih ingin menonjolkan ambisi pribadinya dengan merendahkan orang lain.
Jokowi, Presiden RI ke-7, pernah mengatakan,”Jangan lagi berburuk sangka terhadap saudara-saudara kita, saling menjelek-jelekkan antar saudara-saudara kita, saling mencemooh diantara kita sebagai bangsa, berprasangka buruk satu sama lain, saling mencela dan saling memfitnah diantara kita.”
Allah tidak pernah mencela ciptaan-Nya, apa pun keadaan manusia Ia merengkuh kembali ke pelukan-Nya.
Kesediaan menghargai atau memandang penting satu dengan yang lain merupakan imun atau kekebalan yang hebat membangun hidup bersama.
(Abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Pugeran Yogyakarta)