(Rabu, 13/5/2020) – Yoh 15:1-8
Bersatu! Menjadi satu, seia sekata, sehidup semati, paduan. Slogan yang terkenal adalah ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’. Persatuan Indonesia adalah sila ke-3 Pancasila.
Bangsa kita tidak lelah-lelahnya menjaga persatuan dan kesatuan. Banyak kata-kata simbolikuntuk menunjukkan persatuan tersebut, antara lain Bhineka Tunggal Ika, nasionalisme Indonesia, wawasan nusantara.
Persatuan dan kesatuan menjadi kunci, bahkan sejata paling ampuh menjaga keutuhan bangsa yang multikultural dan mewujujudkan tujuan yang sempurna dan bisa berbuah bunnyak.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5)
Kita adalah ranting-ranting, dan Yesus adalah pokok anggur. Ranting yang terlepas dari pokoknya akan mati semu. Yesus sebagai pokok anggur adalah mata air dan sumber rabuk hidup kita.
Apa bentuk kongkrit persatuan kita dengan Kristus? Emanuel Martasudjita, Pr., dalam Karya Allah dalam Keterbatasan Manusia (2015), menunjukkan bentuk konkret tersebut dengan mengutip pedapat Kardinal Yves Marie Joseph Congar,”Gereja tumbuh dari dalam ke luar, bukan sebaliknya. Yang dimaksudkan ialah persekutuan paling batiniah dengan Kristus: persatuan ini mengambil bentuk dalam kehidupan doa, dalam kehidupan bersakramen, dalam sikap-sikap yang asasi, yaitu iman, pengharapan dan kasih. ”
Saat ini, justru ketika pendemi covid-19, persatuan dengan Kristus rasanya harus semakin erat. Wujud konkretnya adalah bila memungkinkan merayakan liturgi (Ekarisi live streaming), doa (salah satunya rosario), tekun membaca atau mendengarkan sabda-Nya, serta hidup menurut sabda-Nya. Semoga persatuan dengan Kristus ini mendatangkan buah cinta dan semangat dalam menjalankan pekerjaan, pelayanan, dan segala tanggung jawab.
(Abakaeb, Rm. P. Supriya, Pr – Pugeran Jogjakarta)