RENUNGAN HARIAN | Tuhan Tidak Tidur

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on email

(Rabu, 22/04/2020)

Seorang guru baru saja ‘ditampar’ oleh muridnya. Saat mengkoreksi hasil ulangan, seorang guru tertampar oleh jawaban muridnya. Pertanyaan ulangannya adalah sebutkanlah 7 bangunan terindah atau ajaib di dunia.

Semua murid menjawab dengan benar, hanya satu murid memberi jawaban yang aneh,”Yang terindah atau ajaib adalah bapak dan ibu menyediakan makan tiap hari, ibu percaya saat saya mengajak adik bermain bersama,………. Saya bersyukur atas orang tua yang baik. Itu indah dan ajaib bagi saya.” Bagi anak itu, yang indah dan ajaib tidak perlu dicari di tempat yang jauh, namun mudah sekali ditemukan di sekitar hidupnya.

Ibu guru itu tertampar atas jawaban muridnya karena selama ini ia lebih mudah mengeluh dari pada bersyukur. Memang orang mudah sekali mengeluh. Saat musim hujan, orang mengeluh kapan terang. Saat terang, orang mengeluh kapan hujan.

Saat belum menikah, orang mengeluh kapan nikah. Setelah menikah, ia mengeluh kapan punya anak. Setelah mendapat anak, orang mengeluh biaya sekolah mahal. Rasanya hidup lebih diwarnai keluh kesah daripada rasa terima kasih.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh 3: 16-17).

Penginjil Yohanes mendorong kita untuk mensyukuri kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Seperti apapun keadaan umat-Nya, Gusti ora sare (Tuhan tidak tidur). Kasih-Nya nyata kita alami dalam diri Yesus Kristus. Ia menyelamatkan manusia. Barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Selayaknya kita mensyukuri kasih Allah akan dunia.

Apakah dalam situasi sekarang ini, saya masih bisa bersyukur? Gusti mboten sare (Tuhan tidak tidur). ‘Bersyukur itu sehat.’ Bersyukur memunculkan rasa bahagia. Rasa bahagia menjadikan kesehatan kita terjaga.

(abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Paroki Pugeran Yogyakarta)

TERBARU