(Minggu, 3/5/2020) – Minggu Panggilan
Zaman kayak begini kok jadi imam, bruder, atau suster? Siapa takut?
Minggu Paskah IV merupakan Minggu Panggilan menjadi imam, bruder atau suster. Panggilan menjadi imam, bruder maupun suster menjadi tanggung jawab seluruh umat beriman. Banyak cara untuk peduli pada panggilan, sekurang-kurangnya ada 5 Panca Peduli Panggilan.
Pertama Berdoa. Dari seratus cara yang memungkinkan untuk menyuburkan panggilan, berdoa adalah satu-satunya yang ditentukan oleh Tuhan. “Katanya kepada mereka: Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Luk 10:2). Berdoa untuk panggilan adalah yang paling utama, publikasi dan metode adalah yang kedua. Pencarian panggilan dimulai dengan lutut kita.
Kedua Sensus Chatolicus. Paulus berpesan kepada Timotius, “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga dalam dirimu.” (2 Tim 1:5). Timotius menjadi pelayan karena pendampingan orang-orang yang menghayati imannya dengan baik.
Suasana kekatolikan dalam keluarga sungguh menjadi lahan subur tumbuhnya benih-benih panggilan menjadi imam, bruder dan suster.
Ketiga membina benih panggilan pada anak-anak. Sesungguhnya banyak sekali anak merasa terpanggil, namun hilang karena tiadanya pendampingan.
Anak perlu didampingi agar telinganya setia mendengarkan panggilan Tuhan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan rohani. Umpamanya; melayani altar, pembina PIA. Anak-anak harus dilindungi dari godaan setan dan dosa.
Keempat membangun suasana penuh kasih. Suasana kasih bagi anak-anak remaja harus diusahakan oleh baik imamnya maupun siapa saja. Sakristi menjadi ladang panggilan yang subur. Orang dewasa perlu menyemangati anak-anak, “Suatu hari kamu akan menjadi seorang imam.” Atau anak laki-laki yang lain juga disemangati menjadi bruder, anak perempuan disemangati menjadi suster.
Kelima sumbangan materi. Banyak jalannya memberi bantuan, misalnya kolekte minggu paggilan, sumbangan ke seminari, menjadi orang tua asuh. Jangan sampai calon terpanggil berhenti di tengah jalan karena masalah keuangan.
(abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Paroki Pugeran Yogyakarta)