(Selasa, 5/5/2020) – Kis 11:19-26
Pahlawan Wabah! Tahun 1910 wabah pes memorak-porandakan Hindia Belanda. Di Malang, Jawa Timur, paling parah, korban meninggal mencapai dua ribuan.
Dalam keadaan mencekam tersebut, muncul seorang dokter pribumi menjadi relawan. Namanya Cipto Mangun Kusumo. Sepak terjangnya terlalu berani. Ia menembus daerah wabah tanpa alat pelindung diri.
Suatu ketika, saat pemusnahan rumah warga yang telah terpapar wabah, ia menerobos api menyelematkan seorang bayi perempuan yang seluruh keluarganya telah tewas. Lalu anak itu diobati, dirawat hingga sembuh. Ia diberi nama Pesyati.
Kelak Pesyati merawat dr. Cipto di masa tuanya. Dari Pesyati lahir anak cucu yang sukses. Tanpa dr. Cipto, Pesyati hanyalah salah satu korban wabah pes, hanyalah salah satu angka data statistik. Dr. Cipto Mangun Kusomo adalah pahlawan, Pesyati adalah masa depan. Demikian dituturkan dengan apik sekali oleh Aji Prasetyo, dalam Jendela, Intisari (Mei 2020).
“Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia.” (Kis 11: 23-25).
Setelah bertobat, Saulus ingin bergabung dengan muri-murid Tuhan. Namun di mana-mana ia ditolak, bahkan ia berada dalam acaman maut. Paulus putus asa. Ia pulang ke Tarsus, ke kampung halamannya karena madesu, masa depannya suram.
Tetapi Barnabas yang baik, saleh dan suci, mencari Saulus. Ia menyelamatkan Saulus dari keterpurukan. Barnabas hadir dalam keadaan nestapa sahabatnya. Barnabas pahlawan, Saulus masa depan Gereja.
Semoga kita senantiasa menjadi Barnabas Barnabas kecil, atau Cipto Cipto kecil yang hadir dalam kesulitan sesama.
(abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Paroki Pugeran Yogyakarta).