(Sabtu, 18/04/2020)
Pandemi Covid-19 telah memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan Ibu Pertiwi, membuat ibu pertiwi berduka, memaksa air matanya berlinang. Namun banyak ibu enggan larut dalam kecemasan dan kedukaan.
Rasa kasih sayang keibuannya menggunung saat melihat sesama bingung. Ada yang menyediakan nasi bungkus. Ada yang menjahit masker gratis, menjahit ‘robek-robeh kisah’ demi rekatnya kembali ikatan hati putra-putri pertiwi dan sebagainya.
“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.
Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis.” (Mrk 16:9-10).
Dalam keadaan genting, berkabung, menangis, tanpa ditemani seorang rasulpun, pagi-pagi benar, perempuan Maria Magdalena pergi ke kubur.
Kendati di lingkungannya, perempuan tidak dianggap sebagai saksi yang kredibel dan dapat dipercaya, ia tetap mengabarkan bahwa Yesus telah bangkit. Ia, Maria Magdalena, bagaikan kasih yang tetap bertahan dalam goncangan hidup.
Paus Fransiskus berkata, “Perempuan adalah saksi-saksi pertama kebangkitan Yesus, dan yang pertama menemukan keberanian menjadi saksi iman.”
Semoga kita menjadi “kasih yang tetap bertahan dalam goncangan hidup.” (abakaeb, Romo Paulus Supriyo, Pr.)