RENUNGAN HARIAN | Aku Diampuni

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on email

(Kamis Kliwon , 18/6/2020) – Mat 6: 7 – 15

Tahun 1984-an saat SMA Seminari, saya terlambat datang ke Seminari Mertoyudan karena mengurus bapak sakit. Di depan pintu gerbang Seminari berdiri Rama Perfek Disiplin Umum. Dengan nada tinggi beliau bertanya, ”Kok terlambat?”

“Iya Rama, mohon maaf. Bapak saya sakit.” jawab saya dengan takut. Nada semula tinggi berubah menjadi lembut, katanya, ”Kamu kok kelihatan capek sekali. Sana mandi, terus makan dan nanti menghadap Rama Pamong.” “Iya Rama. Terima kasih,” jawab saya dengan hati tidak karuan.

Setelah mandi, acara makan. Saat makan, saya hanya minum dan diam, tidak ada nafsu makan, kecuali mengunyah pikiran sanksi apa yang akan diberikan Rama Pamong.

Ternyata beberapa teman saya juga terlambat, satu per satu menghadap Rama Pamong, dan rupanya semua mendapat sanksi disiplin. Urutan saya pun tiba, ”Selamat malam Rama.” “Selamat malam. Silakan duduk. Saya melanjutkan mencatat dulu ya,” jawabnya. “Iya Rama,” jawab saya.

Saya hanya menundukkan kepala, sambil sekali-kali memandang langit-langit plafon. “Bapakmu sakit apa?” tanya Rama Pamong yang membuat saya terkejut. “Dari mana beliau tahu?” pikir saya. Setelah mengatur nafas, saya menjawab, ”Tangannya bengkak besar. Infeksi. Tapi kata dokter tidak bahaya kendati terlambat diobati. Tiga hari lagi diperkirakan sembuh.”

“Kamu kok kelihatan lelah sekali. Ya sudah. Cukup dulu. Kalau mau terus tidur, saya beri izin.” “Sudah Rama?”, jawab saya setengah tidak percaya. “Sudah. Bapak didoakan supaya cepat sembuh,” jawabnya. “Terima kasih Rama,” jawab saya. Saya tidak diberi sanksi apa-apa, kecuali mendoakan bapak. Saya telah diampuni.

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15).

Pengalaman diampuni dan mengampuni memang sungguh indah dan memberi kebahagiaan tiada tara.

Allah selalu mengampuni. (Abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Pugeran Yogyakarta)

TERBARU