(Selasa, 21/04/2020)
Beberapa warga mengumpulkan dana untuk membantu keluarga yang mengalami kesulitan membayar sumbangan pembinaan pendidikan anaknya. Untuk mendapatkan penghasilan, ada yang bersedia memberi pelatihan dan modal untuk wirausaha.
Melihat mereka berdua sudah yatim piatu dan berkebutuhan khusus, umat di sebuah lingkungan mengambil alih tanggung jawab atas kehidupan saudara selingkungan yang masih muda tersebut.
Masih banyak lagi kisah kepedulian serupa dapat ditampilkan. Namun yang jelas, pengalaman ini merupakan peristiwa murah hati, khususnya murah hati dalam finansial, dalam kesejahteraan hidup.
“Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; ……” (Kis 4:32-34).
Jemaat perdana itu hidup sehati dan sejiwa, rukun, bekerja sama dengan solid, dan tekun memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus.
Mereka memiliki kepedulian kepada sesama untuk membantu di bidang finansial. Sedemikian rupa kepedulian tersebut sampai dikatakan, “tidak ada seorang pun yang berkekurangan.” Tidak ada yang berkekurangan berarti tidak ada kemiskinan diantara umat beriman tersebut. Jemaat perdana ini sungguh murah hati.
Semoga murah hati, peduli atau rela berbagi semakin jelas terwujud di antara kita. Jangan sampai ada kemiskinan di lingkungan kita.
(abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Paroki Pugeran Yogyakarta)