Calcuta kasih! Konon, sebuah keluarga mempunyai delapan anak dan yang sulung berkebutuhan khusus. Anak sulung itu hampir-hampir tidak bisa apa-apa kecuali mendapat bantuan orang lain. Keluarga itu bermaksud menyerahkan anak tersebut kepada Ibu Teresa agar dirawat di komunitasnya.
Waktu pengambilan anak itu pun tiba. Ketika Ibu Teresa mau mengambil anak tersebut, ibu anak itu mengatakan, ”Kami tidak jadi menyerahkan anak kami.” “Mengapa? Bukankah kemarin keluarga sudah mantap untuk mempercayakan anak itu ke komunitas, ” jawab Ibu Teresa.
Suami anak itu diam menundukkan kepala. Tak tersangka-sangka, ibu anak itu menangis sambil mengatakan, ”Anugerah terbesar dari Tuhan bagi saya sebagai seorang ibu dan perempuan adalah anak sulung ini. Saya akan merawatnya sampai kapan pun.” Jawaban ibu ini mengandung konsekuensi yang tidak mudah. Ia harus setia merawat anaknya dan itu berarti ia harus terus berjuang.
Banyak anak serupa tidak seberuntung anak sulung itu. Entah karena alasan apa, banyak keluarga memberikan anaknya yang difabel di panti asuhan dan setelah itu keluarga tidak mengingatnya kembali. Anak itu tidak lagi mengalami kasih sayang orang tuanya.
“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yoh 14:21)
Orang yang melaksanakan sabda-Nya berkat mengasihi Yesus. Dalam kata lain buah orang yang mengasihi Yesus adalah melaksanakan perintah-Nya. Kristus pun menjanjikan kepada mereka yang mengasihi-Nya akan dikasihi Bapa.
Dalam kenyataannya, melaksanakan Sabda sebagai wujud kasih kepada-Nya tidak selalu mudah. Butuh kesetiaan dan perjuangan. “Saat tersesat di hutan dan tidak bisa keluar, orang selalu berpikir untuk menyerah. Tapi bukankah itu keliru? Sebab pasti ada jalan keluar dari hutan.” (Film Legal V, Jepang).
Cinta tidak lepas dari kesetiaan dan perjuangan. Mencintai pasangan dan keluarga butuh kesetiaan dan perjuangan terus menerus. Mecintai Tuhan lewat panggilan menjadi biarawan-biarawati pun butuh kesetiaan dan perjuangan terus menerus. Apa itu kasih? Kasih adalah kesetiaan, kesetiaan adalah perjuangan!
(Abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr – Paroki Pugeran Jogjakarta)