(Sabtu Legi, 30/5/2020) – Yoh 21:20 – 25
Sengsara membawa nikmat! Itulah judul novel mahakarya Tulis St. Sati yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1929) dan pernah ditayangkan dalam sinetron di sebuah televisi tahun 1991.
Seorang pemuda taat beragama, bertanggung jawab dan peduli merupakan tokoh utama dalam novel tersebut. Terhadapnya, seorang pemuda sebaya di kampungnya iri hati. Iri hati pemuda itu berbuah fitnah dan berujung pada penjeblosan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, ia pergi merantau. Setelah jatuh bangun, ia menjadi pengusaha sukses. Namun pemberi modal usaha pemuda itu iri hati. Iri hatinya melahirkan fitnah, fitnahnya menjadikan pemuda itu dipenjara kembali. Sekeluar dari penjara, ia bekerja di tempat orang. Saat ditugaskan di dekat kampung halamannya, ia mendengar bahwa keluarga dan masyarakat di daerahnya jatuh miskin.
Ia memutuskan pulang untuk membangun kampung halamannya. Kemajuan demi kemajuan dialami oleh masyarakat di kampungnya. Orang yang dahulu iri dan dengan keji menjebloskannya ke penjara, menyesali perbuatannya, dan meminta maaf. Pemuda yang semula terlunta-lunta itu memaafkannya.
Akhirnya pemuda dan keluarganya hidup bahagia dan sejahtera di kampung halamannya. Semua perjuangannya berakhir dengan bahagia.
“Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25)
Itulah tulisan Yohanes di akhir Injilnya. Yohanes mengakhiri Injilnya dengan akhir bahagia. Bicara tentang Yesus tiada habis-habisnya. Dunia tidak mampu memuat semua kitab apabila semua harus ditulis. Ia Maha Agung tak terselami oleh kata-kata atau tulisan manusia. Namun hal itu bukan merupakan yang terpenting, yang terpenting adalah percaya kepada-Nya.
Dalam kata penutup, Yohanes sesungguhnya mengajak semua orang untuk percaya kepada Kristus, Sang Agung yang tak terselami oleh bahasa manusia. Dan percaya kepada Kristus adalah kebahagiaan yang tiada taranya. Tiada kebahagiaan yang agung di dunia ini, selain percaya kepada Kristus. Kita bersyukur kepada Allah atas panggilan-Nya untuk percaya kepada Kristus.
Makin percaya kepada Kristus, tekun merayakan iman dalam doa dan perayaan, dan setia menghidupi firman-Nya dalam kehidupan yang nyata, merupakan imun kuat dalam membangun persatuan dengan Kristus sampai akhir hayat.
(Abakaeb, Rm. Paulus Supriya, Pr. – Pugeran Yogyakarta)