Ditulis oleh: Albertus Henri Listyanto Nugroho & Gabriel Selo Prayudi
Tahun 2020 merupakan tahun yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kesibukan dan rutinitas kita di Gereja Biasanya memasuki bulan Juli, kita disibukkan dengan berbagai macam kegiatan yang menyenangkan. Ya, pada bulan Juli nanti, Gereja Paroki Pugeran memasuki usia yang ke-86 tahun. Namun semuanya terasa berbeda. Wabah Covid-19 memaksa kita untuk diam sejenak, beristirahat dari kegiatan di Gereja. Dibalik itu semua muncul banyak cerita yang dapat dijadikan bahan refleksi menyambut usia baru Gereja Paroki Pugeran ditengan pandemi Covid-19.
Beradaptasi Dengan Cara Baru
Covid–19 berdampak negatif pada sebagaian besar aspek kehidupan. Kasus Covid–19 diumumkan pertama kali di Indonesia pada Maret 2020. Bulan berikutnya kasus semakin meningkat hingga sekarang sudah mencapai 66 ribu kasus. Pemerintah terpaksa menutup mall, kantor, sekolah hingga tempat ibadah untuk mencegah penularan Covid–19. Keuskupan Agung Semarang juga menanggapi pemerintah dengan mengeluarkan Surat Gembala untuk meniadakan sementara pelaksanaan Ekaristi dan kegiatan lain di Gereja.
Keuskupan Agung Semarang memberikan solusi agar umat tetap dapat beribadah salah satunya dengan Ekaristi daring (online) melalui platform YouTube. Ekaristi daring tentunya dilaksanakan dengan menjaga protokol kesehatan yang berlaku seperti pembatasan petugas, menjaga jarak, dan juga mengganti salam damai dengan gerakan membungkukkan badan. Adanya Ekaristi daring tentunya dapat mengobati umat Katolik yang rindu akan perayaan Ekaristi selama Gereja ditutup. Hal tersebut juga membuat umat memiliki cara baru dalam beribadah.
Dengan adanya Ekaristi daring umat dapat merayakan dimanapun mereka berada. Umat juga dapat membuat rumah menjadi tempat ibadah senyaman mungkin untuk merayakan Ekaristi. Banyak hal positif yang dapat diambil dari pelaksanaan Ekaristi daring salah satunya menambah kedekatan keluarga. Beberapa umat mungkin ada yang sulit untuk merayakan Ekaristi bersama, sejak pandemi Covid–19 keluarga dapat berkumpul dan merayakan Ekaristi bersama. Pada bulan Rosario, Doa Rosario juga dilaksanakan secara daring oleh beberapa umat menggunakan video call.
Selain tempat ibadah, tempat peziarahan pun juga ikut ditutup. Hal tersebut melatih kita semua sebagai umat Katolik untuk dapat menemukan Tuhan dimanapun dan kapanpun seperti pesan dari Mgr. Ignatius Suharyo yang mengatakan bahwa Covid–19 telah menyadarkan bahwa puncak peribadatan bukan sebuah upacara namun bagaimana menghadirkan Tuhan di dalam diri dan perbuatan kita masing–masing. Harapannya meskipun umat Katolik tidak dapat beribadah secara langsung umat tetap dapat mengamalkan kasih setiap hari.
Menyabut Tri Hari Suci yang Berbeda
Tri Hari Suci tahun ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini kita tidak bisa merayakan Tri Hari Suci bersama-sama di Gereja dan harus merayakannya dirumah masing-masing secara daring. Tentu saja kita kehilangan momen kebahagiaan untuk merayakan di Gereja.
Seperti dirasakan oleh Brigitta Laksmi Paramita yang juga merupakan Tim Kerja Pemazmur Paroki Pugeran. Menurutnya Tri Hari Suci tahun ini terasa hampa karena tidak bisa merayakan di Gereja. Biasanya memasuki Tri Hari Suci, ia disibukkan dengan berbagai macam persiapan tugas pemazmur. Maklum saja, sebagai Tim Kerja, ia harus bertanggungjawab memastikan para pemazmur dapat bertugas dengan baik saat Ekaristi. Kesibukan itulah yang selalu dirasakan setiap tahunnya, sehingga ia merasa benar-benar ikut merayakan. Meskipun tahun ini terasa hampa, namun ada hal yang syukuri dari hal ini, yaitu ia dapat merayakan bersama-sama dengan keluarga dirumah. Kebersamaan yang jarang ia dapatkan karena kesibukan tugas Gereja lainnya.
Hal yang sama dirasakan oleh Bernadette Sekarjati Svastiningrum, menurutnya perayaan Tri Hari Suci tahun ini serasa ada yang kurang. Biasanya berbagai macam hal dilakukan untuk menyambut Tri Hari Suci, mulai dari rapat panitia, berkoordinasi dengan tim kerja, memastikan seluruh petugas Ekaristi telah tersedia dan lain sebagainya. Maklum saja, kesibukan tersebut karena tugasnya sebagai Ketua Bidang Liturgi Paroki Pugeran. Kesibukan tersebut memunculkan keseruan dan kegembiraan karena bertemu dengan rekan-rekan dalam rangka mempersiapkan Tri Hari Suci. Namun karena tahun ini Ekaristi dilakukan secara daring, keseruan dan kegembiraan tersebut tidak dirasakan. Meskipun mengikuti Ekaristi secara daring, namun ia bersyukur karena dengan dapat mengikuti Ekaristi di Gereja lain di luar Keuskupan Agung Semarang yang memiliki tata cara liturgi yang berbeda. Hal ini memberikan pengalaman dan memperkaya tata cara liturgi (red: lagu dan doa) yang mungkin dapat menjadi referensi untuk memberikan pengembangan di Paroki Pugeran.
Dua cerita dari sekian banyak cerita yang mungkin dialami oleh umat Gereja Paroki Pugeran dalam menyambut Tri Hari Suci yang berbeda. Kegembiraan dan keseruan bertemu dengan teman-teman ketika merayakan Ekaristi di Gereja tidak kita rasakan tahun ini. Namun dibalik itu semua, tetap ada ungkapan syukur karena banyak hal positif kita dapatkan yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Mengambil Peran Bagi Sesama
Pandemi Covid-19 mengakibatkan berbagai macam dampak mulai dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Dampak yang timbul dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat baik scara langsung maupun tidak langsung. Dampak tersebut membuat orang dituntut untuk terus beradaptasi dan berusaha untuk mengambil peran selama masa pandemi.
Dampak ekonomi timbul, memunculkan ide bagi Bapak Edi S. Miko untuk untuk membuat “Pasar Online Pugeran (POP)”. POP merupakan wadah yang digunakan untuk mewadahi para pelaku usaha rumahan yang berada dilingkup Paroki Pugeran untuk mengembangkan usahanya yang sempat tersendat karena pandemi ini. Konsep ini menjadi salah satu solusi berputarnya roda perekonomian kecil menengah umat Paroki Pugeran selama pandemi. Lebih dari pada itu, bersama rekannya, Mas Lilik Krismantoro mencoba mengembangkan gagasannya dengan memperluas jaringan pasar dari paroki menjadi tingkat Kevikepan DIY. Tentu saja harapannya bahwa pasar berbasis daring ini terus berlanjut hinggu pasca pandemi dan menjadi salah satu media untuk memfasilitasi serta mengembangkan perekonomian umat. (https://parokipugeran.org/jolali-sebuah-gagasan-pasar-daring-yang-telah-membantu-umat-se-kevikepan-diy/)
Peran berbeda diambil oleh Gereja Paroki Pugeran. Berlandaskan belas kasih seperti Hati Kudus Tuhan Yesus, Dewan Pastoral Paroki Pugeran membagikan sumbangan kepada umat yang terdampak. Sumbangan dibagikan dalam bentuk bahan makanan pokok berupa beras, sabun, minyak, gula dan mie instan. Pembagian ini menyasar keuarga yang sama sekali tidak mempunyai pemasukan karena dampak pandemi Covid-19. Peran yang diambil memperlihatkan bagaimana Gereja turut ambil bagian dalam memberikan perhatian bagi umat dalam bentuk semangat peduli dan berbagi. Tentu saja hal ini sebagai bentuk konkrit Gereja memberikan pelayanan kepada umatnya. (https://parokipugeran.org/pembagian-bantuan-sembako-untuk-umat-terdampak-corona/)
Motivasi dan semangat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat menjadi hal yang penting selama pandemi ini. Banyak orang yang belum bisa mengambil peran karena keterbatasan akibat dampak pandemi, disisi lain ada orang yang dapat mengambil peran bagi orang lain. Disinilah letak semangat kebersamaan sebagai umat Gereja Paroki Pugeran untuk terus berkembang dan bertahan menghadapi fase ini. Pengalaman yang ditunjukkan oleh Bapak Edi S. Miko dan Gereja Paroki Pugeran selama pandemi adalah contoh konkrit bagaimana setiap orang harus berperan. Hal ini juga mengingatkan kita, bahwa kita adalah makhluk sosial dimana pasti akan membutuhkan orang lain. Harapannya bahwa semakin bertambahnya usia pelayanan Gereja Paroki Pugeran yang bersamaan dengan pandemi, selalu mengingatkan bahwa kita merupakan sebuah keluarga besar yang pada hakikatnya selalu akan memberikan peran bagi anggota yang lain.
Peran Kaum Muda
Peran kaum muda di Gereja Paroki Pugeran cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peran yang diambil oleh kaum muda dibeberapa kelompok kategorial yang ada di Pugeran. Misalnya saja menjadi anggota Putra Altar, Lektor, Pemazmur dan Putri Sakristi. Lebih dari pada itu kaum muda juga ikut ambil bagian dalam mengambil kebijakan strategis Gereja melalui Dewan Pastoral Paroki. Tidak sedikit kaum muda yang dipercaya untuk ambil bagian dalam kepengurusan Dewan Pastoral Paroki. Perlahan tapi pasti, keterlibatan kaum muda dalam setiap perjalanan waktu Gereja Paroki Pugeran mulai tumbuh dan berkembang. Beberapa gambaran di atas memperlihatkan bahwa Gereja selalu mewadahi peran kaum muda untuk tumbuh dan berkembang.
Masa Pandemi bukan menjadi penghalang untuk menebar kebaikan, itulah yang dirasakan oleh kaum muda yang tergabung dalam Putra Altar dan OMK Gereja Paroki Pugeran. Mengenakan pakaian sesuai dengan starndar protokol kesehatan, mereka membagikan sembako, hand sanitizer dan masker bagi orang-orang yang membutuhkan. Target mereka adalah orang-orang yang bekerja disektor informal di kawasan Gereja Pugeran yang terpaksa masih harus berada di luar rumah untuk menyambung hidup. Meskipun memberikan hal yang sederhana, namun kegiatan ini bisa menjadi sebuah bahan refleksi bagaiamana menyambut usia baru Gereja Paroki Pugeran.
Memasuki usia yang baru, tongkat estafet harus selalu dilakukan. Peran kaum muda dalam kehidupan Gereja mutlak tidak bisa terpisahkan. Menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPM), seseorang dikatakan masuk dalam kategori kaum muda jika memiliki usia 13 hingga 35 tahun dan belum menikah. Gereja memperlihatkan bahwa kaum muda memiliki ciri khas, keunikan dan kualitas yang perlu dihargai dan dibina. Gebrakan seperti yang ditunjukkan oleh Putra Altar dan OMK Paroki Pugeran menjadi contoh konkrit, bagaimana kaum muda memiliki semangat yang luar biasa untuk dapat berperan bagi orang lain. Harapannya bahwa potensi dan semangat yang muncul dalam diri kaum muda dapat memiliki peran tersendiri bagi Gereja.
Akhirnya kata,
Memasuki usia tua itu pasti, namun berkembang adalah pilihan. Memaknai bertambahnya usia Gereja Paroki Pugeran ditengah pandemi Covid-19 tidak hanya menggunakan sebuah seremonial atau perayaan-perayaan tertentu. Berbagai macam cerita yang telah dituliskan memasuki tahun 2020 memberikan sebuah gambaran yang utuh bagaimana umat dapat memaknai bertambahnya usia Gereja menggunakan caranya masing-masing. Bersyukur, meskipun kita tidak bisa merayakan Ekaristi bersama-sama di Gereja serta kehilangan momen kebersamaan saat merayakan Tri Hari Suci tahun ini. Hal ini menggambarkan bagaimana kita selalu berusaha bersyukur pada setiap keadaan yang sedang kita alami bersama. Selain itu menentukan dan mengambil peran selama pandemi menghidupkan kembali semangat persaudaraan yang terbangun dalam komunitas ini. Akhirnya hal-hal baru yang muncul selama pandemi ini memberikan sebuah harapan bahwa komunitas ini akan terus berkembang seiring bertambahnya usia Gereja Paroki Pugeran.
Selamat merayakan Ulang Tahun ke-86 Gereja Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran, semoga selalu setia dalam setiap pelayanannya.
Disinilah karya, pelayanan, kekeluargaan, dan persaudaraan kita tertulis dan terlukis!